Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Mari mengenal alat pemadam api ringan (APAR)

Gambar
"Untung ada APAR, sehingga api nya tidak membesar". .., kira kira seperti itulah kisah sukses  APAR yang saya dengar ketika terjadi kebakaran di salah satu rumah teman saya akibat dari charger laptop yang membakar gorden di atasnya. Singkat cerita, teman saya melihat api sudah menjalar naik ke atas gorden dan langsung mengambil alat pemadam api ringan yang berada di dekat dapur untuk memadamkannya, sehingga api tidak berkembang besar. Mungkin saja cerita akhirnya akan berbeda jika tidak ada APAR saat itu. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) atau portable fire extinguisher bisa dikatakan sebuah alat pertolongan pertama pada kebakaran yang bisa digunakan langsung oleh siapa saja pada tahap awal perkembangan proses terjadinya api pada kebakaran. APAR memang didesain dan digunakan untuk ukuran api yang masih kecil atau ukuran api yang masih aman untuk dipadamkan menggunakan APAR. Sering kita dengar pada saat pelatihan penggunaan APAR bahwa jika anda tidak yakin untuk bisa memadamkan a

Mengenal efek cerobong asap saat terjadi kebakaran

Gambar
Di era penghematan energi ini, banyak bangunan tinggi dibangun dengan konsep sangat rapat dengan meminimalkan jumlah bukaan ke arah luar bangunan. Akibat dari kurangnya ventilasi ini, pergerakan udara panas (asap dan gas beracun) pada saat kebakaran akan dikendalikan oleh pergerakan alami udara normal di dalam bangunan. Pergerakan alami udara normal di dalam bangunan tinggi ini yang dikenal sebagai efek cerobong.  Dikenal sebagai efek cerobong (stack effect atau chimney effect) karena terkait pergerakan udara ke arah vertikal dan efek cerobong ini menciptakan pergerakan udara alami di dalam gedung. Efek cerobong ini disebabkan oleh perbedaan suhu antara suhu di dalam bangunan dengan suhu di luar bangunan. Udara dalam bangunan ini akan naik ataupun turun secara bervariasi tergantung dari besarnya perbedaan suhu. Efek ini akan bisa dilihat atau dirasakan pada bangunan dengan tinggi di atas 18 meter dan efek ini akan semakin kuat ketika bangunan tersebut semakin tinggi dan perbedaan suhu

Transfer panas secara konveksi dan perannya terhadap kebakaran

Gambar
Postingan kali ini kita akan membahas salah satu metode transfer panas yaitu konveksi.  Konveksi merupakan mekanisme utama penyebaran api jika terjadi kebakaran di suatu bangunan, terutama kebakaran di gedung bangunan tinggi. Pada saat dimulai proses terbentuknya api atau kebakaran, terjadi pergerakan udara panas yang luar biasa yang mengarah ke bagian atas struktur dan menjauhi lokasi awal api (panas selalu berjalan ke suhu yang lebih dingin). Pada saat penyebaran, semakin banyak bahan bakar yang terpanaskan sehingga udara panas ini membawa gas mudah terbakar jauh dari lokasi awal api ke lokasi yang lebih banyak oksigennya Secara konsep, konveksi adalah distribusi panas atau perpindahan panas dari satu tempat ke tempat lain melalui fluida. Oh ya fluida itu adalah suatu zat yang bisa mengalami perubahan-perubahan bentuknya secara terus menerus bila terkena tekanan atau gaya walaupun relative kecil atau bisa juga dikatakan suatu zat yang mengalir. Fluida mencakup zat cair, gas, air dan

Memahami konsep dari masing-masing tipe pengendalian bahaya

Gambar
Pada postingan mengendalikan bahaya kebakaran , sudah dituliskan prinsip pengendalian bahaya yang merupakan bagian dari manajemen resiko. Untuk mengingat lagi postingan sebelumnya, mari kita jabarkan lagi 6 hirarki pendekatan pengendalian bahaya, yaitu Eliminasi Subsitusi Isolasi Pengendalian dengan rekaya (engineering control) Pengendalian administrasi Alat pelindung diri Pendekatan hirarki ini harus dari atas ke bawah atau dari diawali dari eliminasi turun hingga ke alat pelindung diri. Jadi ketika pengendalian eliminasi tidak mungkin dilakukan maka dilajutkan kemungkinan pengendelian selanjutanya yaitu subsitusi dan begitu seterusnya Eliminasi adalah menghilangkan bahaya secara keseluruhan. Pada kenyataannya, menghilangkan bahaya secara keseluruhan terkadang tidak mungkin dilakukan, tetapi jika bisa dilakukan maka akan berdampak besar terhadap keselamatan operasi yang akan menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi pekerja. Sebagai contoh, jika suatu proses produksi yang normalnya

Konsep dalam mengendalikan bahaya kebakaran

Gambar
Untuk mencapai fire safety goal atau tujuan untuk mewujudkan area kerja atau area operasional yang aman dari bahaya kebakaran, maka harus dilakukan implementasi pengendalian untuk tujuan tersebut Dalam manajemen resiko, pengelolaan akan selalu terkait dengan mengurangi kemungkinan proses terjadinya api maupun kebakaran dan meminimalkan dampaknya jika terjadi kebakaran, nah pengendalian bahaya ini adalah salah satu prosesnya. Dalam konsep segi empat api (fire tetrahedron), harus ada empat komponen yang harus hadir untuk proses terjadinya api yaitu panas, oksidator, bahan bakar dan reaksi kimia. Untuk pengendalian bahaya kebakaran, umumnya akan fokus disalah satu komponen tersebut, biasanya terkait dengan panas dan bahan bakar. Sebagai contoh pengendalian bahaya di bengkel las, kita tidak bisa mengendalikan atau menghilangkan sumber panasnya karena itu merupakan bagian dari proses pengelasan tersebut, sehingga fokus pengendaliannya pada pengendalian bahan bakar. Bertolak belakang untuk

Mesin diesel sama berbahayanya dengan mesin bensin

Gambar
Mesin diesel dan mesin bensin secara fungsi mempunyai kesamaan yaitu mengkonversi energi kimia menjadi energi mekanik melalui proses pembakaran internal mesin. Energi mekanik ini yang menggerakkan piston naik turun di dalam silinder.  Kedua mesin ini mengkonversi bahan bakar cair ke energi melalui rangkaian proses dari pembakaran dan sedikit ledakan kecil. Perbedaan utama dari kedua mesin ada pada proses terjadinya ledakan di ruang pembakaran. Jika di mesin bensin, bahan bakar air bercampur dengan udara, dikompresi oleh piston dan di nyalakan (ignite) oleh percikan api dari busi. Beda dengan mesin diesel, udara dikompressi terlebih dahulu kemudian di inject bahan bakar. Karena udara sudah dipanaskan ketika dikompresi, maka udara panas ini yang menyalakan bahan bakar untuk meledak. Terkait dengan fire safety dan keselamatam operasional, banyak perusahaan tidak mengijinkan kendaraan bermesin bensin untuk masuk ke area yang terdapat gas mudah terbakar (gas flammable) atau cairan mudah ter

Transfer panas secara konduksi dan perannya terhadap kebakaran

Gambar
Transfer panas merupakan faktor penting dalam semua proses terjadinya api dan juga untuk mempertahankan proses tersebut. Ketika melakukan review desain suatu pengendalian resiko kebakaran, konsep transfer panas harus sudah dipahami sehingga pemilihan strategi pengendaliannya tepat sasaran. Konduksi  atau keterhantaran termal merupakan salah satu dari empat metode dalam transfer panas. Gambaran umum contohnya bisa kita lihat disekitar kita, seperti panci air yang sedang dipanaskan, maka ketika kita memegang bagian metal dari panci tersebut maka akan terasa panas. Secara konsep, konduksi merupakan perpindahan energi panas dari sisi panas ke sisi dingin melalui suatu medium benda padat dengan cara transfer energi dari molekul ke molekul terdekat atau dari atom ke atom.  Perpindahan panas ini dapat diilustrasikan ketika kita memanaskan suatu batang logam di sisi ujung yang satu dan mengukur suhu di ujung lainnya. Perpindahan panas melalui batang menyebabkan kenaikan suhu di ujung lainnya.

Sumber panas yang menyebabkan terjadinya resiko kebakaran - 2

Gambar
Melanjutkan postingan  Sumber Panas Api -1 , di postingan ini kita akan membahas dua sumber panas lainnya yang akan memulai proses terjadinya api Sumber panas yang disebabkan oleh kegagalan peralatan, desain yang tidak tepat ataupun disebabkan oleh kurangnya proteksi yang dibutuhkan  Sumber panas yang dihasilkan oleh kegiatan manusia atau terpapar panas dari area sekitarnya. Sumber panas yang disebabkan oleh kegagalan peralatan, desain yang tidak benar ataupun disebabkan oleh kurangnya proteksi yang dibutuhkan Peralatan yang menggunakan listrik atau peralatan yang mempunyai bagian yang bergerak dapat menciptakan sumber panas atau sumber penyalaan jika tidak dirawat, didesain dan tidak dipasang proteksi yang diharuskan. Sebagai contoh, koneksi kabel listrik yang longgar dapat menimbulkan panas dan percikan api di area koneksi tersebut. Kabel yang tidak sesuai dengan kapasitas daya dapat menyebabkan kabel menjadi panas dan merusak isolasi kabel.  Contoh lainnya adalah pada bagian