Mesin diesel sama berbahayanya dengan mesin bensin
Mesin diesel dan mesin bensin secara fungsi mempunyai kesamaan yaitu mengkonversi energi kimia menjadi energi mekanik melalui proses pembakaran internal mesin. Energi mekanik ini yang menggerakkan piston naik turun di dalam silinder.
Kedua mesin ini mengkonversi bahan bakar cair ke energi melalui rangkaian proses dari pembakaran dan sedikit ledakan kecil. Perbedaan utama dari kedua mesin ada pada proses terjadinya ledakan di ruang pembakaran. Jika di mesin bensin, bahan bakar air bercampur dengan udara, dikompresi oleh piston dan di nyalakan (ignite) oleh percikan api dari busi. Beda dengan mesin diesel, udara dikompressi terlebih dahulu kemudian di inject bahan bakar. Karena udara sudah dipanaskan ketika dikompresi, maka udara panas ini yang menyalakan bahan bakar untuk meledak.
Terkait dengan fire safety dan keselamatam operasional, banyak perusahaan tidak mengijinkan kendaraan bermesin bensin untuk masuk ke area yang terdapat gas mudah terbakar (gas flammable) atau cairan mudah terbakar, jika pun boleh, harus melalui pengawasan yang sangat ketat. Kenapa dilarang masuk?, alasannya adalah mekanisme proses terjadinya ledakan (diawali dengan proses terjadinya api kecil) yang dijelaskan di atas, mesin bensin menggunakan percikan api (spark) untuk proses terciptanya ledakan. Di sisi lain, banyak perusahaan yang membebaskan mesin diesel masuk ke area berbahaya tersebut dengan keyakinan bahwa mesin diesel tidak dapat memicu kebakaran maupun ledakan. Kenyataan nya salah, jika berkaca pada kejadian kejadian berikut ini
4 ton cairan panas hidrokarbon yang mudah terbakar bocor keluar dari area operasional ketika pekerjaan perawatan sedang berlangsung. Saat itu sebuah mesin diesel sedang beroperasi di area tersebut. Uap dari cairan hidrokarbon tersebut terhisap melalui jalur masuk udara dari mesin tersebut yang menyebabkan mesin berputar semakin kencang. Operator berusaha mematikan mesin tersebut dengan menutup jalur suplai bahan bakar, tetapi cara ini tidak berhasil akibat uap hidrokarbon sudah terlanjur masuk ke dalam mesin. Akibatnya flash back terjadi dan uap hidrokarbon di sekitarnya ter ignite oleh flash back tersebut sehingga terjadi ledakan. Ledakan ini menyebabkan 2 orang meninggal
Kejadian lain terjadi saat sebuah truck tangki yang bermesin diesel melewati bagian bawah loading arm (tempat jalur pengisian bahan ke tangka mobil). Loading arm ini terdapat tumpahan bensin (gasoline). Uap bensin ini masuk dan terhisap ke mesin yang menyebabkan mesin berputar kencang dan menghasilkan asap hitam, untungnya kejadian ini tidak menyebabkan kebakaran
Di tempat lainnya, terjadi kebocoran oli hidrolik dengan tekanan tinggi. Semburan oli dalam bentuk seperti kabut (mist) terhisap masuk ke jalur udara mesin diesel. Mesin tetap berputar selama lima menit setelah suplai bahan bakar diesel diisolasi. Saat kejadian, filter udara tidak terpasang, andaikata terpasang maka pasti oli tersebut akan tertahan oleh filter
Alat proteksi untuk menutup pasokan udara dan jalur pasokan bahan bakar harus tersedia untuk mesin diesel yang beroperasi secara rutin di area dimana bahan bakar cair ataupun gas mudah terbakar mempunyai kemungkinan bocor keluar. Meski terdapat alat proteksi tersebut, mesin diesel masih bisa menyebabkan kebakaran dan ledakan dengan cara yang lain juga, seperti spark yang dapat muncul di saluran pembuangan udara (knalpot), atau suhu pipa pembuangan udara cukup panas untuk ignite uap bahan bakar.
Peralatan elektrik di mesin diesel juga dapat memicu kebakaran akibat adanya percikan api di sistem listriknya. Implementasi engineering control untuk pengendalian kebakaran dapat berupa pemasangan spark arrestor dan flame arrestor di saluran pembuangan udara, suhu mesin harus dijaga dibawah suhu auto-ignition dan peralatan elektrik harus diproteksi.
Tingkat proteksi yang akan diimplementasi tergantung pada berapa lama mesin diesel itu berada di area berbahaya dan level tingkat pengawasannya. Sebagai contoh, truk pembawa makanan tidak perlu ditambahkan alat protesi khusus, tetapi harus dilarang masuk ke area dimana terdapat bahan bakar cair dan penanganan gas.
Tingkat proteksi yang akan diimplementasi tergantung pada berapa lama mesin diesel itu berada di area berbahaya dan level tingkat pengawasannya. Sebagai contoh, truk pembawa makanan tidak perlu ditambahkan alat protesi khusus, tetapi harus dilarang masuk ke area dimana terdapat bahan bakar cair dan penanganan gas.
Untuk pompa diesel yang secara permanen terpasang atau forklift dan digunakan setiap hari, memerlukan perlakuan khusus. Mesin tersebut harus dilengkapi sistem untuk mematikan suplai udara dan dilarang meninggalkan kendaraan dalam keadaan mesin masih beroperasi.
Alternatif pengendalian lain dapat menggunakan metode elimination yaitu mengganti jenis driven pompa, sebagai contoh pompa tidak lagi digerakkan oleh mesin diesel tetapi digerakkan oleh udara yang terkompresi atau dengan air tekanan tinggi.
Referensi:
- Kletz, Trevor. 1998. What Went Wrong?, Fourth Edition: Case Studies of Process Plant Disasters 4th Edition. Gulf Professional Publishing
- Ladwig,, Thomas H. 1990. Industrial Fire Prevention and Protection. Van Nostrand Reinhold
Komentar
Posting Komentar