Memahami konsep dari masing-masing tipe pengendalian bahaya

Pada postingan mengendalikan bahaya kebakaran, sudah dituliskan prinsip pengendalian bahaya yang merupakan bagian dari manajemen resiko.

Untuk mengingat lagi postingan sebelumnya, mari kita jabarkan lagi 6 hirarki pendekatan pengendalian bahaya, yaitu
  1. Eliminasi
  2. Subsitusi
  3. Isolasi
  4. Pengendalian dengan rekaya (engineering control)
  5. Pengendalian administrasi
  6. Alat pelindung diri
Pendekatan hirarki ini harus dari atas ke bawah atau dari diawali dari eliminasi turun hingga ke alat pelindung diri. Jadi ketika pengendalian eliminasi tidak mungkin dilakukan maka dilajutkan kemungkinan pengendelian selanjutanya yaitu subsitusi dan begitu seterusnya

Eliminasi adalah menghilangkan bahaya secara keseluruhan. Pada kenyataannya, menghilangkan bahaya secara keseluruhan terkadang tidak mungkin dilakukan, tetapi jika bisa dilakukan maka akan berdampak besar terhadap keselamatan operasi yang akan menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi pekerja. Sebagai contoh, jika suatu proses produksi yang normalnya menggunakan pelarut dari cairan mudah terbakar, apabila dilakukan pengembangan dan penelitian untuk menggantikan dengan pelarut lain yang tidak bisa terbakar, maka bahaya yang melekat pada proses normal tersebut dapat dihilangkan.

Subsitusi adalah ketika beberapa komponen sistem yang berbahaya diganti dengan komponen lebih rendah bahayanya. Sebagai contoh, beberapa tahun lalu, industri percetakan menggunakan larutan seperti toluene, xylene dan methyl ethyl ketone. Larutan ini mempunyai resiko kebakaran yang serius dan juga isu paparan terhadap manusia. Lalu industri percetakan mengganti larutan tersebut dengan larutan yang berbahaya rendah seperto isopropyl alcohol. Meskipun alkohol juga merupakan cairan mudah terbakar tetapi tidak setinggi resikonya dibanding larutan yang digunakan sebelumnya.

Isolasi bisa diimplementasian seperti memisahkan suatu proses berbahaya jauh dari proses lainnya atau memberi pembatas fisik seperti fire wall untuk membatasi dampak kebakaran area sebelahnya. Pabrik bahan peledak sudah melakukan hal ini sejak awal industri ini dibangun. Area produksinya biasanya dipisahkan oleh suatu jarak dan atau blast wall, sehingga jika terjadi ledakan di suatu area tidak akan mempengaruhi area operasi lainnya

Pengendalian dengan rekayasa (engineering control). Pengendalian ini melalui proses rekayasa yang bertujuan untuk mengurangi intervensi manusia dalam memastikan keselamatan operasi. Engineering control bisa sebagai pengendalian pencegahan (prevention control) dan pengendalian mitigasi (mitigation control). Sebagai contoh adalah pemasangan spring loaded valve handle di area pengisian bahan bakar (ini seperti valve yang menutup sendiri jika tidak ditahan handle valvenya). Dengan adanya spring loaded valve ini maka dapat mencegah seseorang meninggalkan area pengisian dalam keadaan valve masih terbuka dan cairan mudah terbakar masih mengalir. 

Implementasi control terkait dengan engineering control biasanya ada di sistem manajemen keselamatan suatu proses. Control ini merupakan sistem yang memonitor parameter parameter dalam suatu proses produksi dan juga control ini dapat menghentikan suatu proses secara otomatis ketika parameter yang di monitor melewati ambang batas amannya. Contohnya control untuk ini adalah high temperature limit switch pada suatu furnace, limit switch ini akan mematikan furnace jika suhu operasi furnace melebihi batas atas suhu yang aman. Sistem proteksi kebakaran juga merupakan salah satu contoh engineering control karena sistem ini didesain bekerja otomatis untuk memadamkan api tanpa ada intervensi manusia ketika terjadi kebakaran.



Jika suatu perusahaan ingin mempunyai tujuan Zero harm atau bebas cidera maka engineering control ini dapat membantu mewujudkan itu karena engineering control memungkinkan manusia tidak harus berada di area berbahaya sehingga severity menjadi rendah. Apalagi terkait dengan suatu proses yang bisa menyebabkan multiple fatality

Meski engineering control tidak sepenuhnya mengandalkan manusia untuk bekerja efektif, tetapi ada hal kritikal yang tetap mengandalkan manusia terkait dengan control ini yaitu PERAWATAN. Suatu control tidak akan berfungsi sesuai fungsi yang telah didesain jika control itu rusak, sehingga program rutin perawatan menjadi kritikal untuk keberlangsungan control ini. Jika kita mengambil contoh spring loaded valve handle di atas, jika pegas atau mekanisme yang membuat valve itu kembali lagi dalam keadaan rusak, maka fungsi untuk mencegah orang meninggalkan valve dalam keadaan terbuka menjadi tidak ada.

Pengendalian administrasi itu seperti peraturan, kebijakan (policy), prosedur, dan pelatihan. Pengendalian ini kurang efektif dibandingkan dengan engineering control karena pengendalian ini sangaaaaat mengandalkan manusia untuk menjadi efektif dan konsisten. Tetapi pengendalian ini tetap penting dalam mengendalikan suatu bahaya. Ada banyak engineering control yang harus didukung oleh pengendalian administrasi ini, contohnya bonding dan grounding pada aktifitas pemindahan cairan mudah terbakar merupakan engineering control. Pengendalian administrasi dalam hal ini berupa prosedur dan pelatihan yang di lakukan untuk memastikan sistem engineering control tersebut berfungsi secara benar.  

Dan yang terakhir adalah Alat pelindung diri (APD). APD ini merupakan pertahanan yang paling akhir terhadap bahaya yang dapat mengenai manusia secara langsung. Sebagai contoh, baju fire retardant (bahan yang tahan panas api dalam jangka waktu tertentu). Baju ini biasanya syarat khusus untuk bekerja di area proses yang banyak mengandung percikan api seperti di area furnace (area untuk mencairkan logam). Meski kita sudah banyak mengimplemantasi metode pengendalian yang ada diatas, tetapi ada momen dimana kebakaran itu mungkin akan terjadi akibat dari sifat dari material atau proses itu sendiri. Pakaian fire retardant ini yang memberikan perlindungan ekstra untuk memastikan perlindungan terhadap pekerja yang bekerja di area tersebut.

Setelah kita mengetahui metode pengendalian bahaya, maka kita bisa menentukan strategi apa yang akan digunakan atau diterapkan untuk mengelola bahaya dan resiko di area anda, seperti mengurangi kemungkinan proses terbentuknya api ataupun proses terjadinya api. Semoga postingan ini bisa bermanfaat dan sekali lagi mohon bantuanya untuk menyempurnakan postingan ini.

Referensi:
  • Schroll, R. Craig. 2002. Industrial Fire Protection Handbook second edition. CRC Press

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Transfer panas secara konveksi dan perannya terhadap kebakaran

Konsep dalam mengendalikan bahaya kebakaran

Melihat proses pembakaran (combustion) atau terbentuknya api dari lilin